Kantor Internasional dan Sekretariat Eksekutif (KISE) UPN “Veteran” Jawa Timur menghadirkan Kepala Program Studi Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada I Made Andi Arsana, ST, ME, Ph.D di Hotel Grand Dafam Surabaya kemarin (3/8). Berbicara di hadapan para dosen dan tenaga kependidikan yang merupakan PIC Internasionalisasi dari tiap program studi, mantan Kepala Urusan Internasional (KUI) tersebut menjelaskan arti internasionalisasi dan kenapa hal tersebut penting.
“Kita (Indonesia) nggak bisa melepaskan diri dari dunia. Kita mengambil manfaat dari dunia, tapi kita juga punya peluang untuk memberi manfaat kepada dunia. Maka dari itu, kita harus selalu mencoba untuk bekerja sama dengan orang lain,” tutur Andi sambil menunjukkan luas wilayah Indonesia yang ternyata sama seperti luas Benua Eropa.
Sejak awal, Kepala KISE Maria Indira Aryani, S.I.P., M.Hub.Int. sudah menjelaskan bahwa UPN “Veteran” Jawa Timur masih harus berlari kencang untuk mengejar ketertinggalan dalam hal internasionalisasi. Pasalnya, KISE baru didirikan pada 2021 sehingga urusan internasional pada tahun-tahun sebelumnya tidak bisa dilakukan secara maksimal. “Tapi saya tetap positif thinking. Tidak ada kata terlambat. Justru sekarang adalah momentum untuk berpikir bersama,” tutur Maria dalam sambutannya.
Sebagai Kepala KUI Universitas Gadjah Mada sejak 2014, Andi sudah banyak melakukan banyak kolaborasi dengan negara-negara lain. Bahkan, saat ini, Universitas Gadjah Mada sudah bekerja sama dengan negara-negara di lima benua. Oleh karena itu, materi yang diberikan benar-benar lengkap dan berbobot. Para peserta workshop bertajuk “Internasionalisasi Tanggung Jawab Siapa?” yang hadir jadi tercerahkan.
Isu yang paling banyak menjadi penghalang sebuah universitas untuk go international, menurut Andi, adalah pemikiran bahwa kita tidak punya cukup “amunisi” untuk ditawarkan. Padahal, pada dasarnya semua universitas di dunia memiliki kiblat yang sama, yaitu THE (Times Higher Education) World University Rankings dan QS World University Rankings.
“Kalau kita ingin ada mahasiswa internasional, mereka (universitas di luar Indonesia) juga butuh mahasiswanya ke luar negeri. Berarti, ini tentang perjodohan aja karena kepentingannya sama. Kita saling menolong satu sama lain,” terang dosen asal Bali itu yang melanjutkan pemaparan materinya dengan contoh kegiatan-kegiatan internasional yang bisa dilakukan, bahkan dengan biaya yang sangat sedikit!
“Sebelumnya, saya masih bingung UPA Perpustakaan bisa berkontribusi seperti apa untuk internasionalisasi. Tapi setelah mendengarkan penjelasan dari Pak Andi, saya jadi punya beberapa ide. Semoga nantinya bisa diimplementasikan,” ujar Lisa Nadya Irawan, S.IP, salah satu tenaga kependidikan dari Perpustakaan UPN “Veteran” Jawa Timur.
Tidak hanya mendengarkan penjelasan dari Andi, KISE juga mengajak para peserta workshop untuk membuat draft rancangan kegiatan internasionalisasi yang bisa diimplementasikan di program studi masing-masing (satuan kerja untuk tenaga kependidikan). Ide-ide kegiatan tersebut dipresentasikan dan diberi feedback oleh Andi. KISE menyambut dengan antusias ide-ide apik para peserta yang memberi sinyal positif terhadap pencapaian rencana UPN “Veteran” Jawa Timur untuk meningkatkan daya saing ASEAN sesuai dengan Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2020-2024.